Oleh: Opa

Namun kondisi hancurnya industri
rekaman tak sampai ketelinga banyak anak muda yang punya cita-cita
tinggi menjadi makmur sebagai ‘anak band’. Eforia kejayaan
Peterpan, Ungu, Samsons, Wali, ST 12, Kangen Band, Hijau Daun, hingga
Dadali, masih menjadi tolok ukur kesuksesan.
Kenyataannya saat ini tak ada lagi
perusahaan rekaman [label] yang mau merilis artis/band baru. Karena
secara bisnis, penjualan produk rekaman tak lagi bisa menutupi biaya
produksi dan promosi yang mahal. Bahkan sulit untuk sekadar balik
modal. Para eksekutif produser hanya bisa mengamati sambil menunggu
bisnis membaik.
Masa paceklik industri rekaman kian
berlarut. Nampaknya masih belum ditemukan formulasi yang tepat untuk
membuat industri rekaman tanah air berjaya lagi. Bersyukur ada KFC, Indomart, Alfamart, 7Eleven dll sebagai media distribusi yang sedikit memberi nafas segar namun tak
cukup bisa mengangkat industri secara keseluruhan karena hanya bisa
menyenangkan sebagian kecil pelaku industri. Bahkan hehadiran NOAH
sekalipun hanya mampu membuat riak kecil tanpa bisa menjadi gelombang
kebangkitan industri.
Lantas bagaimana nasib artis/band baru
yang menggantung harapan menjadi ‘anak band’? Masih banyak cara
untuk menjadi tenar dan makmur. Tapi terlebih dahulu harus melupakan
proses instan. Menjadi tenar, saat ini tak cukup bermodal lagu, suara
dan tampang bagus. Karena sebagus apapun demo lagu kalian kemungkinan
hanya akan menuai pujian dari label, cukup. Jangan berharap untuk
dirilis. Beruntung band yang memiliki modal keuangan yang kuat hingga
bisa merilis sendiri karyanya dengan menanggung semua biaya produksi
serta promosi yang tak sedikit.
Menurut saya, hal yang harus dilakukan
oleh artis/band baru dalam melangkah di industri yang lagi tidak
bersahabat ini adalah dengan cara konvensional, cara yang sudah
terbukti berhasil dilakukan oleh artis/band besar dimanapun di muka
bumi ini. Dimulai dengan membuat lagu bagus, tampil beda, sering
manggung, meminta pertolongan radio setempat, semua cara itu
dilakukan untuk menjaring fans hingga bisa membentuk komunitas yang
kuat. Beruntung saat ini banyak tersedia social media yang mendukung
promosi artis/band.
Sekali lagi lupakan beken dengan proses instan,
karena segala hal yang terjadi dengan instan biasanya akan lenyap
dengan cepat juga.
Kedepan, artis/band yang memiliki
komunitas kuat yang akan berjaya. Dan dalam hal ini, artis dan band
indie-lah yang nantinya paling cepat menikmati kesempatan besar ini
karena mereka biasanya memiliki dasar komunitas yang kuat. Komunitas
kuat tak bisa dibangun hanya dalam sekejab. Butuh proses panjang yang
sekaligus menempa mental hingga menjadi musisi yang handal dan
teruji.
Tulisan ini tak bertujuan untuk
memupus harapan para musisi pemula yang ingin tenar. Ini paparan
kenyataan saat ini bahwa industri rekaman sedang lesu. Justru tulisan
ini diharapkan bisa membantu membuka pikiran bahwa jangan lagi
berpikir instan untuk mencapai popularitas. Ada sebuah proses yang
perlu dijalani, tentunya dengan penuh perjuangan.
[tulisan ini dimuat di edsnote di traxmagz edisi oktober]