I happened to come along in music business when there was no trend - Elvis Presley
Pada zamannya, Elvis tak perlu bersusah-payah memikirkan tren saat
bermusik. Karena ketika memasuki industri musik, di era itu dunia hanya
mengenal satu jenis musik, yaitu pop. Elvis hadir mewakili sebuah genre
baru yang pada awalnya hanya berkembang di komunitas kaum kulit hitam
Amerika. Sebagai idola baru, Elvis kemudian ditahbiskan sebagai raja
dari tren musik bernama rock and roll.
Ketika industri musik modern berkembang pesat dengan berbagai genre
yang terus bermunculan. Tren kemudian menjadi faktor penting untuk
dicermati. Sampai akhirnya di setiap pergantian tahun, prediksi tren
musik menjadi hal penting untuk dibicarakan.
Bicara tentang tren musik di tanah air, tahun 2014 ini menurut saya
tidak akan ada tren. Tak akan ada jenis musik yang mendominasi pasar.
Bahkan pasar musik sendiri sekarang sedang gamang dan tidak jelas.
Akibatnya bisnis rekaman yang sedang lesu tak lagi bisa melahirkan tren.
Beberapa opini berikut mengindikasikan kalau tak akan ada tren di industri musik Indonesia tahun ini:
* Perusahaan rekaman tak lagi merilis artis baru karena tidak
menguntungkan secara bisnis. CD dan berbagai rilisan fisik tak lagi laku
sementara penjualan digital belum menggembirakan. Walau bermunculan
berbagai platform baru penjualan digital, namun hal itu belum bisa
mengimbangi tingginya tingkat pembajakan.
* Karena major label vakum merilis artis baru, pasar diisi oleh
pendatang baru bermodal besar yang rela menanggung sendiri biaya
produksi dan promosi. Akibatnya beragam jenis musik hadir di pasar, baik
yang berkualitas maupun yang tak bisa dipertanggungjawabkan. Faktor ini
tentunya sangat mempengaruhi tren.
* Saat ini untuk deal dengan artis baru, sebuah perusahaan rekaman
membuat banyak persyaratan. Salah satunya adalah artis baru itu wajib
memiliki fanbase yang kuat. Kegiatan di media sosial menjadi parameter
label mengukur kredibilitas artis-artis baru. Namun artis baru yang
memenuhi kriteria itu juga tak lantas serta merta mendapatkan tanda
tangan dari label.
* Kecenderungan yang menguat saat ini justru datang dari artis-artis
yang sudah memiliki komunitas. Walaupun belum mampu melahirkan tren tapi
setidaknya mereka mampu membentuk pasar sendiri.
* Tahun 2014 ini pasar musik masih tetap dibanjiri lagu yang
berkategori aman, yaitu pop. Namun musik genre lain seperti heavy metal,
jazz, hip hop, R&B, dance, akan tetap besar di komunitasnya.
* Tanda-tanda tidak akan ada tren di 2014 sebenarnya sudah mulai
terlihat sejak 2013. Contoh paling sederhana adalah tak ada artis, baik
solo atau band, yg mencuat di 2013. Sementara materi lagu yang dirilis
begitu banyak. Bayangkan, seorang music director sebuah radio perharinya
bisa menerima minimal 10 lagu new release.
* Faktor perilisan lagu yang tak lagi dimonopoli major label menjadi
pemicu lainnya. Sekarang manajemen artis pun bisa merilis lagu ke radio.
Ini baik untuk industri musik, karena tidak ada monopoli major label,
dan radio mendapatkan banyak materi lagu. Namun akibatnya, major label
tidak lagi bisa menyetir pasar apalagi membuat tren.
Pelarangan produk rokok mensponsori event musik juga jadi salah satu
faktor tidak adanya tren musik di tahun ini. Event musik akan sangat
berkurang dan yang ada di panggung hanyalah band-band besar yg sudah
punya nama.
K-Pop sudah saatnya tutup buku, pop Melayu tidak terlalu kuat untuk
bangkit lagi, dan dangdut berhasil sedikit mencuri perhatian. Musik pop
masih mendominasi pasar, namun agak sulit untuk mencuat sendirian
sebagai sebuah tren.
Seperti kata Krist Novoselic, "Don't follow a trend, follow your
heart," bahwa sebaiknya dalam membuat karya musik sebaiknya tak usah
berpikir tentang tren, pikirkan kualitas karya, ikuti idealismemu,
karena sebuah karya baru sejatinya bisa melahirkan tren. Sulit percaya?
Setidaknya Nirvana sudah membuktikannya. (Andre OPA Sumual)
*Artikel ini dimuat di Editor's Note TRAX Magazine Edisi Februari 2014
Selasa, 01 April 2014
Don't follow a trend, follow your heart
Selasa, April 01, 2014
Andreopa