"Cari musik bagus, tonton Fashion TV, cari fashion yang bagus di MTV,"
kata Ahmad Dhani dalam sebuah wawancara, sekitar 10 tahun lalu ketika
saya masih bekerja untuk majalah Poster. Eratnya hubungan musik dan
fashion salah satunya tercermin dari pernyataan sarkastis Dhani untuk
kedua ikon generasi muda era itu, MTV untuk musik, dan Fashion TV
mewakili fashion.
Menarik bila menyimak alunan lagu yang mengiringi langkah para
peragawati. Playlist lagu yang lahir dari panggung catwalk tentunya
dipilih sebagai soundtrack yang diharapkan bisa merepresentasikan busana
yang diperagakan. Bayangkan sebuah fashion show tanpa iringan musik!
Fashion telah lama menggunakan musik sebagai sumber inspirasi bagi tren
yang selalu berubah. Dari Inggris di era 80-an, budaya rave cepat
mengalir dari klub ke catwalk. Selebriti musik sejak dulu sudah
menjadikan fashion sebagai image atau gimmick untuk menunjang
penampilan. Sebut saja The Beatles dengan jas dan poni atau Elvis
Presley dengan jaket putih berkerah tinggi.
Lebih dari itu, fashion bahkan menjadi penanda genre dan generasi
musik. Setelah era Elvis dan The Beatles, ada The Rolling Stones dan
Grand Funk Railroads dengan hippies style yang di Indonesia melahirkan
sebutan 'grenfang' untuk anak muda 70-an yang berpakaian sekenanya.
Kemudian ada generasi glam rock di era 80-an dengan band-band berkostum
glamor seperti White Lion, Poison, Warrant, dan banyak lagi. Lantas
generasi grunge hadir dengan kemeja flanel bersama mencuatnya Nirvana,
Pearl Jam dan banyak lagi musisi yang mewakili era 90-an.
Sementara itu dari ranah berbeda, hip hop punya style sendiri yang
biasa disebut blink blink dan komunitas reggae percaya diri dengan
kostum merah-kuning-hijau plus rambut gimbal. Yang terbaru adalah invasi
fashion Korea yang mendunia lewat musik K-Pop. Fashion semakin
mendekatkan diri dengan musik. Brand fashion berani membayar mahal
dengan meng-endorse ikon musik. Kini tak sedikit musisi yang menjadi
fashion line ambassador.
Bahkan para desainer juga menjangkau langsung ke sumbernya,
berkolaborasi dengan musisi. Label Paris Kitsune didirikan pada tahun
2002 sebagai lambang dari perpaduan fashion dan musik. Kolaborasi rumah
mode dan label musik memungkinkan mereka untuk menciptakan merek baru
yang langsung ditangani dua industri terjalin. Maison Kitsune
menampilkan baik musik dan bakat mode secara bersamaan dan mereka dapat
menggunakan satu platform untuk memasarkan kedua sisi bisnis mereka ke
audiens masing-masing.
Kolaborasi lainnya? Ada Dior Homme dengan Justice, duo elektronik
Perancis, Saint Laurent Paris dengan Daft Punk, brand A.P.C dengan Kanye
West, dan Alexander Wang vs Azealia Banks Vivienne Westwood x Sex
Pistols. Hubungan Vivienne Westwood dan Sex Pistols menjadi penting
dalam peletakan dasar subkultur yang sekarang kita kenal sebagai punk.
Westwood mulai membuat pakaian yang ia pasarkan di Butik Malcolm
McLaren, SEX. Brand ini kemudian menjadi semacam 'fashion stylist' untuk
kemunculan Sex Pistols, dengan memberikan kontribusi untuk tampilan
keseluruhan band, yang kemudian melahirkan gaya punk yang melegenda
sejak era 70-an.
Euforia kolaborasi musik dengan fashion juga sampai ke tanah air.
Banyak anak band yang di-endorse oleh fashion line. Musik dan fashion
akan selalu jalan beriringan. Sepanjang peragaan busana masih ada,
selama para ikon musik masih membutuhkan perangkat fashion sebagai
pelengkap penampilan mereka, dan selama Ahmad Dhani masih menonton
Fashion TV.
* Oleh: Andre OPA
* Tulisan ini dimuat di Ed's Note TRAX Edisi Maret 2014
Rabu, 02 April 2014
Music Meets Fashion
Rabu, April 02, 2014
Andreopa