
Foto: kutaikartanegara.com
TENGGARONG – Kebudayaan Kutai Kertanegara, salah satu kerajaan tertua di Indonesia, yang berdiri sejak tahun 1300 itu bakal dihidupkan lagi. Tentu melalui proses kreasi baru, dengan tittle Festival Erau 2016, pada 20-28 Agustus 2016 di Kota Tenggarong, Kalimantan Timur. ”Pengujung disuguhi upacara adat Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, pentas seni dan budaya dari berbagai daerah, lomba olahraga tradisional, lomba perahu naga, lomba perahu motor, expo dan pesta rakyat yang dijamin meriah,” ujar Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari.
Kesultanan Kutai adalah kesultanan bercorak Islam yang didirikan oleh Aji Batara Agung Dewa Sakti di Kutai Lama. Kerajaan itu berakhir pada 1960. Menurut Rita, akan ada acara Festival Seni Tradisi Internasional akan diikuti negara-negara anggota CIOFF bersamaan dengan Festival Erau mulai tanggal 20–28 Agustus 2016. “Jadi banyak acara, banyak sensasi budaya di sana,” kata Bupati Rita.
Menurut Rita, perhelatan Pesta Adat Erau dan International Folk Arts Festival (EIFAF) ini mengusung tema ‘Melalui EIFAF junjung budaya daerah dalam pergaulan budaya antar bangsa guna meningkatkan kunjungan wisatawan di Kutai Kartanegara.
”Tujuan semua kegiatan itu adalah melestarikan dan mengembangkan budaya daerah, meningkatkan kunjungan wisatawan, mendukung program Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia menuju target wisman 12 juta tahun 2016 dan pergerakan 260 juta wisnus,” ujarnya.
Pesta Adat Erau, kata dia, merupakan event tahunan dan masuk dalam calender of event pariwisata nasional. Penyelenggaraannya setiap Juli, tapi tahun ini, karena bertepan dengan Ramadhan dan Idul Fitri 1437 H, EIFAF diundur 20-28 Agustus, setelah perayaan HUT Kemerdekaan RI. “EIFAF mendatang, sebagaimana arahan dari Kesultanan Kutai akan kembali digelar setiap bulan Juli,” kata Rita Widyasari. Bupati berhijab itu menjelaskan, pada awalnya upacara Erau digelar 2 tahun sekali dan prosesi ini berlangsung sampai 2004.
Untuk sekian lama upacara Erau digelar setiap bulan September dalam rangka memperingati hari jadi Kota Tenggarong. Masyarakat mengira Erau identik dengan hari Jadi Kota Tenggarong. Prosesi upacara Erau bermula dari Kerajaan Kutai di “Jahitan Layar” atau Kutai Lama pada Abad 13 yakni pada perayaan Tijak Tanah Raja Kutai dan pengangkatan raja pertama Kerajaan Kutai Aji Batara Agung Dewa Sakti. Selanjutnya upacara Erau dilaksanakn pada saat penobatan raja dan putra mahkota, pemberian gelar kepada mereka yang telah berjasa bagi kemajuan kerajaan, maupun pada peristiwa lainnya di lingkungan kerajaan.
Masuknya Islam, Kerajaan Kutai berganti nama menjadi Kesultanan Kutai. Pada Abad 17 Kesultanan Kutai berhasil menaklukkan Kerajaan Martadipura (Kerajaan Hindu di Muara Kaman yang pada Abad 4 termasyhur dengan Maharaja Mulawarman) kemudian nama Kesultanan Kutai berganti menjadi Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, sementara tradisi upacara Adat Erau terus dilanjutkan di lingkungan kesultanan.
Pemda Kukar berkerjasama dengan lembaga internasional Council International Of Foklore Festival (CIOFF) menggelar even International Folk Arts Festival yang tahun ini memasuki tahun ke-4 dan diikuti sebanyak 10 grup atau 218 peserta dari Asia (2 grup), Eropa (6 grup), Amerika (2 grup), dan kesenian rakyat Nusantara (17 grup). Para peserta festival pada kesempatan itu melakukan pentas seni budaya internasional serta pertunjukan jalanan (street performance), dan diakhiri dengan melakukan culture visit. Di antaranya mengunjungi Dayak Experience Center di Pulau Kumala.
Bupati Rita Widyasari mengatakan, Dayak Experience Center merupakan obyek wisata favorit Kukar dan banyak menarik minat wisatawan. ”Liburan Lebaran kemarin obyek wisata ini dikunjungi 22.433 wisatawan atau meningkat sekitar 15%,” katanya. Sekadar informasi, Erau berasaldari bahasa Kutai “eroh” yang artinya ramai, riuh, ribut, suasana yang penuh sukacita. Suasana yang ramai, riuh rendah suara tersebut dalam arti: banyaknya kegiatan sekelompok orang yang mempunyai hajat dan mengandung makna baik bersifat sakral, ritual, maupun hiburan.
Pelaksanaan upacara Erau dilakukan oleh kerabat keraton dengan mengundang seluruh tokoh pemuka masyarakat yang mengabdi kepada kerajaan. Mereka datang dari seluruh pelosok wilayah kerajaan dengan membawa bekal bahan makanan, ternak, buah-buahan, dan juga para seniman.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menyebut, festival yang berakar dari budaya akan lebih abadi, lebih mengakar dan lebih punya magnit sebagai atraksi wisata. Berlatar dari data, atraksi yang paling banyak mendorong wisman masuk ke tanah air adalah 60% factor budaya, 35% nature atau alam, dan sisanya 5% man made. Festival ini bisa mengkombinasi tiga unsur itu ke dalam satu paket kegiatan. “Man Made itu seperti sport tourism, MICE (meetings, incentives, conferences, exhibitions), music event, yang di desain oleh manusia,” kata Menpar Arief Yahya.
Kalau desain Man Made itu berpatokan pada budaya, dan ujungnya melestarikan budaya dalam event yang rutin berkelanjutan, itu akan lebih mudah mempromosikan ke mancanegara. “Atraksi itulah salah satu yang syarat wajib dalam pengembangan destinasi. Selain Akses dan Amenitas. Saya sering menyebut 3A, yang harus disiapkan oleh destinasi jika ingin melompat sukses,” kata Mantan Dirut PT Telkom yang dipercaya Presiden Joko Widodo menjadi Menpar itu.(*)