
JAKARTA – Pameran akbar China Xi’an Silk Road International Tourism Expo 2016 bakal kembali mengguncang dunia, 26-28 Agustus 2016 di Xi’an, tempat ditemukan Terracotta di Tiongkok. Persisnya di Qujiang International Conference & Exhibitor Centre, di Negeri Tirai Bambu itu. “Ini momentum yang tepat untuk kembali mempromosikan Jalur Laksamana Cheng Ho, dari Tiongkok ke Asia Tenggara dan 10 kota di Indonesia,” ungkap Arief Yahya, Menteri Pariwisata RI di Jakarta.
Tahun lalu, di kota yang sama, Mantan Dirut PT Telkom Indonesia ini sudah menyampaikan poin-poin penting soal jalur Admiral Cheng Ho itu. Karena artefak dan heritage peninggalan perjalanan perdagangan dan budaya itu ada di Aceh, Batam-Bintan Kepri, Bangka-Belitung Babel, Palembang Sumsel, Sunda Kelapa Jakarta, Cirebon-Jabar, Semarang-Jateng, Tuban-Jatim, Surabaya-Jatim dan Bali. “Saya juga sudah 3 kali bertemu Chairmen CNTA, Li Jinzao –Menparnya China--, dan menyampaikan ide Jalur Cheng Ho itu, beliau setuju dan sangat mendukung,” kata Arief Yahya.
”Ini juga bagian dari strategi kami dalam rangka pencapaian target kunjungan 12 juta tahun 2016, Kementerian Pariwisata akan memfasilitasi 7 Industri Pariwisata Indonesia untuk berpartisipasi pada pameran ini,” ujar Deputi Pengembangan Pemasaran Mancanegara Kemenpar, Profesor I Gde Pitana.
Menurut Pitana, pasar Tiongkok merupakan pasar yang seksi bagi Indonesia. Kemenpar menargetkan sebanyak 2,1 juta wisatawan mancanegara berkunjung ke Indonesia pada 2016. Jumlah ini lebih banyak dari target wisman asal Singapura sebanyak 2 juta dan Malaysia 1,8 juta.
"Pasar Cina lebih tertarik dengan new destination dan new experiences, maka di pameran itu kita akan tawarkan Bali-Bali baru dan 10 destinasi prioritas yang ditetapkan Pemerintah," kata Pitana. Dia telah membuat strategi memperkenalkan pariwisata di pasar Cina. Salah satunya dengan pameran dan bekerja sama dengan media online Cina. Melalui media online, dapat memperkenalkan daerah lain sebagai destinasi baru. "Selama ini mereka hanya kenal Bali dan Jakarta sekarang kita perkenalkan daerah lain," ujar dia.
Adapun untuk pameran yang akan dilakoni , China Xi’an Silk Road International Tourism Expo 2016 merupakan pameran terbesar yang didukung oleh pemerintah Xian dengan skala 25.000 m2 dengan diisi 500 Exhibitors dari 30 Negara dan diproyeksikan dikunjungi 45.000 orang selama 3 hari pameran. ”Kegiatan ini memiliki 6 (enam) elemen dari pariwisata yaitu kuliner, akomodasi, transportasi, perjalanan, belanja dan hiburan,” tambahnya.
China Xi’an Silk Road International Tourism Expo 2016, imbuh Pitana, adalah salah satu kegiatan promosi pariwisata bersifat B to B (Business to Business) dan berbasis pre-scheduled appointment (PSA) dimana akan terjadi kontak dan kontrak bisnis antara para seller (Indonesia) dan buyers (good mix of International dan Chinese buyers).
”Melalui penyelenggaraan China Xi’an Silk Road International Tourism Expo 2016 ini, Indonesia dapat mempromosikan destinasi kepariwisataan Indonesia secara lebih utuh dan variatif. Mereka akan kami buat untuk terus tidak bisa melupakan Indonesia dan ingin datang terus ke tanah air kita,” jelasnya.
Banyak inbound touris asal Tiongkok sudah sangat terasa di Manado dan Bali. Daerah di Sulawesi itu kembali dibanjiri wisatawan asal Tiongkok. Kali ini, ada 10.000 wisatawan sampai pertengah Agustus 2016 ini landing di Bandara Sam Ratulangi. Semuanya terbang secara bergelombang dengan pesawat charter milik maskapai penerbangan Lion Air dari enam kota di Tiongkok.
Kesibukan Bandara Sam Ratulangi Manado pun langsung meningkat sangat tinggi. Imigrasi, Bea Cukai, Karantina (CIC), Airnav, semuanya bergerak padu. Pitana menambahkan, bahwa kunci keberhasilan menggaet pasar Tiongkok adalah services atau pelayanan. Tanpa itu, cita-cita besar itu hanya akan menguap di awang-awang.
Pesan pertama Pitana, pastikan 3A –Atraksi, Akses dan Amenitas—benar-benar berkelas dunia. Atraksi, kuliner dan budaya yang cukup kuat. Akses, sudah harus ada maskapai dan bandara yang memadai dan Amenitas, adalah fasilitas yang dibutuhkan oleh wisman, seperti hotel, resort, convention center, mall, restoran, café, tempat hiburan, golf course dan lainnya.“3A itu adalah syarat mutlak yang harus dipenuhi untuk menyambut wisatawan,” kata pria asli Bali itu.
Pesan kedua, ketika menempatkan pariwisata sebagai “panglima”, pastikan budgeting anggaran daerah juga diarahkan lebih dominan ke sektor Pariwisata. Terutama dalam membangun amenitas dan atraksi, yang menjadi tanggung jawab pemda.Pesan ketiga, pastikan orang yang ditempatkan untuk mengurus dinas Pariwisata itu orang yang tepat. Tugas CEO adalah menentukan arah, mengatur budgeting dan memilih orang yang pas.(*)