
Magelang - "Borobudur Mahakarya Budaya Dunia" atau "Borobudur World Cultural Masterpiece" adalah branding yang disampaikan oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya pada saat rapat terbatas yang dipimpin oleh president Republik Indonesia (29/1/2016) di Hotel Manohara Candi Borobudur Magelang Jawa Tenggah. Sebagai bentuk keseriusan pemerintah dalam Percepatan Badan Otorita Pariwisata (BOP) Borobudur.
Rapat terbatas terkait pengembangan Candi Borobudur bersama sejumlah menteri Kabinet Kerja II. Rapat itu tampak dihadiri Menteri Pariwisata Arief Yahya, Menteri BUMN Rini Sumarno, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, serta Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Yuddy Chrisnandi.
Rapat juga dihadiri para pejabat daerah, seperti Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, dan Bupati Magelang Zaenal Arifin.
Pada 2019, pemerintah menargetkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Candi Borobudur mencapai 2 juta orang, dan wisatawan domestik mencapai 5 juta orang. Ini sekaligus merespons keseriusan Gubernur Ganjar Pranowo, yang makin rajin mendorong events internasional yang dilangsungkan di heritage UNESCO yang pernah tercatat sebagai warisan sejarah dan satu dari tujuh keajaiban dunia itu.
“Benchmarkingnya dengan Angkorwat Kamboja, yang setiap tahun dikunjungi 2.350.000 wisatawan mancanegara. Borobudur hanya 254.082 wisman. Kita kalah dari Angkorwat,” jelas Menteri Pariwisata Arief Yahya
Padahal, dilihat dari sudut manapun, Borobudur lebih unggul. Lebih tua, lebih besar, lebih sulit cara membuatnya, lebih dihormati sebagai heritage site. Sama-sama sudah tercatat di UNESCO –Badan PBB yang menangani soal pendidikan dan kebudayaan– sebagai kompleks candi yang menyimpan banyak cerita sejarah.
“Mereka single manajemen, oleh APSARA National Authority. Adapun Borobudur ditangani oleh banyak CEO, ada Dikbud di Zone 1, ada BUMN dan PT Taman Candi di Zone 2, dan Pemkab di Zone 3,” kata dia.
Bisa dibayangkan, sebuah perusahaan dipimpin empat CEO, yang satu dengan lainnya tidak connect. Ada batas wilayah pengelolaan yang membuat manajemen tidak bisa lincah.
Menteri Pariwisata Arief Yahya pun menemukan solusi baru, bahwa KEK Pariwisata Borobudur bisa single management, multi cluster. Berada di banyak tempat yang berbeda, tidak menyatu, tetapi kesemua cluster itu tetap dimasukkan dalam satu masterplan KEK.
Cluster itu terdiri dari banyak tempat, dan banyak tema. Ada China Town, dan ada banyak cluster yang lain, yang bisa menutup kekurangan amenitas yang dibutuhkan sebuah kawasan pariwisata. “Mereka juga akan mendapatkan insentif yang sama dengan fasilitas KEK, seperti keringanan pajak. Selama proses konstruksi tidak dikenai pajak. Lalu boleh menjual property kepada orang asing. Infrastruktur masuk menuju ke kawasan cluster tersebut. Akan ada banyak kemudahan untuk mendorong industri bergerak lebih cepat, lebih lincah, dan syarat 3A dalam pengembangan destinasi itu berjalan dengan baik,” ungkapnya.
Sebelumnya, Jokowi menekankan, Candi Borobudur adalah mahakarya budaya dunia, dan telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia. "Kami akan bicarakan pengelolaannya dulu, baru ke depan bicara income," papar Menteri Pariwisata Arief Yahya.