Batanghari, Jambi.
Ribuan tahun yang lampau ditepian sungai Batanghari merupakan komplek universitas tertua kedua dunia setelah universitas Nalanda, India. Disanalah para pelajar menimba ilmu yang memakai bahasa sanserkerta. Pada saat itu berkuasa kerajaan Sriwijaya yang terkenal seantero jagad sebagai pusat pendidikan ajaran ajaran Buddha berbasis bahasa sanserkerta. Komplek universitas tersebut yang saat ini dikenal sebagai Candi Muara Jambi.
Sekitar tahun 1011 atau seribu tahun yang lampau Candi Muara Jambi telah dikunjungi oleh para peziarah dari seantero jagad; salah satu tokoh yang sangat dihormati oleh umat Buddha Mahaguru Atisa juga telah hadir dan menetap kurang lebih 12 tahun lamanya.
Sekembali dari Candi Muara Jambi Mahaguru Atisa menetap di Tibet dan mengajarkan ajaran Buddha Tantrayana yang ditambah dengan ajaran ajaran yang beliau dapatkan dari Mahaguru Sriwijaya; Dharmakirti; ajaran ajaran tersebut masih dilestarikan secara turun temurun dan dilakoni oleh komunitas Buddhist Internasional. Alasan inilah yang memanggil umat Buddha dari seluruh dunia datang berkunjung ke Candi Muara Jambi untuk napak tilas perjalanan spiritual mahaguru Atisa.
Hari ini seribu tahun kemudian tgl 24 sept 2016 Candi Muara Jambi kembali dikunjungi oleh 7 biku yang mewarisi ajaran ajaran mahaguru Atisa. Mereka berasal dari India, Nepal dan Bhutan membawa misi penyebaran informasi kepada seluruh komunitas Buddhist Internasional tentang keberadaan Candi Borobudur. Pada hari yang sama sore harinya akan ada wawancara langsung dari salah satu radio amerika yang akan menyiarkan siaran langsung melalui tele conference bersama Profesor Jangchup Choeden yang hadir bersama dgn 8 peserta lainnya di Candi Muara Jambi.
